Minggu, 11 Oktober 2015

PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

Perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan akademik telah dan akan terus memiliki peran yang sangat penting dalam berjalannya kehidupan di suatu perguruan tinggi. Sebagai pusat informasi, perpustakaan memperoleh tempat utama dan sentral karena perpustakaan melayani semua fungsi perguruan tinggi. Sehingga untuk menjalankan fungsi tersebut perpustakaan perpustakaan menyediakan pelayanan yang bersifat mendasar dan mutlak.

Perpustakaan sebagai salah satu instrument pendidikan selayaknya tidak lagi di pandang sebagai gudang buku yang dilengkapi dengan ruang baca. perpustakaan sudah saatnya dipandang sebagai kaki dari setiap civitas akademika dimana bila pelayanan perpustakaan tidak dijalankan secara baik maka suatu perguruan tinggi akan pincang karena tidak lagi dimanfaatkan secara baik sebagai pusat pembelajaran dan penelitian. Kebutuhan akan perpustakaan merupakan suatu keharusan bagi dosen dan mahasiswa untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang efesien. Hal ini tentunya juga semakin diperkuat pada berubahnya metode pembelajaran yang konvensional kepada metode pembelajaran yang mengharuskan peserta didik untuk belajar lebih mandiri. Transformasi metode pembelajaran tersebut mengharuskan perpustakaan untuk meningkatkan pelayanan secara lebih baik lagi. Untuk menjalankan fungsi tersebut perpustakaan harus mampu menerjemahkannya kedalam perlakuan yang operasional. Perlakuan yang operasional maksudnya adalah pengembangan dan sistematisasi manajemen perpustakaan perguruan tinggi yang tepat dan ideal.

Ada 2 faktor penting yang bisa membuat perpustakaan peguruan tinggi lebih efektif, efesien serta mandiri dalam menjalankan fungsinya sebagai pemberi informasi yang ideal.

Pertama, perpustakaan harus Otonom secara keuangan. Otonom secara keuangan disini adalah Lembaga perpustakaan yang ada dalam ruang lingkup perguruan tinggi harus dan sudah semestinya diberikan kebijakan dalam mengatur keuangannya sendiri, baik dalam proses penganggaran yang akan diajukan maupun pemakaian anggaran itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar tidak adanya tumpang tindih maupun kesalahan dalam setiap proyek-proyek yang dilakukan oleh perpustakaan, dimana dalam hal ini termasuk proyek pengadaan bahan pustaka, perbaikan system layanan perpustakaan, pekerjaan teknis perpustakaan, sarana dan prasarana perpustakaan dll.

Kedua, Otonom dalam perekrutan tenaga perpustakaan (Pustakawan maupun staf perpustakaan) hal ini dianggap sangat penting karena dalam setiap permasalahan perpustakaan selalu dititik beratkan kepada permasalahan SDM perpustakaan, dimana tenaga perpustakaan bekerja tidak sesuai dengan criteria kerja seorang yang mengelolah perpustakaan. Paradigma dimana perpustakaan merupakan tempat penerimaan pegawai yang tidak memiliki kompetensi akan tebantahkan. Dengan otonomnya suatu perpustakaan dalam perekrutan SDM membuat kepala perpustakaan untuk leluasa memberikan criteria-kriteria tenaga perpustakaan yang akan bekerja diperpustakaan, dengan demikian SDM yang akan masuk diperpustakaan sudah memiliki kompetensi dasar dalam mengelolah perpustakaan

(Agung Hidayat.
Kabid pengengembangan Profesi HMI cabang Jambi 2015-16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar