Konseptualisasi Pemberdayaan Masyarakat (Sebuah Rujukan Maksimalisasi Perjuangan BPL).
Oleh: Agung Hidayat
Sebuah kesimpulan yang diambil dari subjektifitas saya selaku manusia, yang didapatkan dari hasil diskusi yang diadakan oleh BPL HMI cabang Jambi dengan tema “Konseptualisasi Pemberdayaan Masyarakat” yang disampaikan oleh kanda Jefri Nurahman.
Sudah diketahui bahwasanya Pemberdayaan adalah membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberikan kebebasan kepada seseorang bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan-tindakannya. Dalam hal lain pemberdayaan memberikan output kemandirian terhadap objeknya untuk memberikan penguatan kepada masysarakat binaannya. Tentunya bila dikaitkan dengan kaderesasi yang ada di HMI, organisasi ini memiliki persepsi yang sama dalam memandang konteks pengabdian dimana hal tersebut termaktub dalam tujuan HMI “Terbinanya Insan akademis,pencipta,pengabdi,yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi Allah SWT”.
Ketika pemberdayaan merupakan sebuah konsep penguatan masyarakat, HMI juga memandang perkaderan merupakan konsep penguatan kader-kadernya dengan pola memberikan kesetian kepada kader dalam segi pencapaian tujuan HMI, yang tujuan agar kader-kader sadar akan hak dan tanggung jawabnya selaku kader dan tentunya secara tidak langsung penanaman nilai-nilai HMI sudah tertanam secara mendalam kepada kader. Maksud sadar disini bukan proses tidak bisa menjadi bisa akan tetapi dari tidak bisa menjadi bisa dan segera melaksanakannya pada tahapan aplikasinya. Dalam analogi sederhana ketika tebangun dari tidur bukannya tidur lagi tapi bangun tidur setelah itu melakukan aktivitas hingga dia merasa letih dan tertidur dari letihnya.
Hal ini juga akan terlaksana dengan baik ketika pembina dalam hal ini pengurus cabang maupun komisariat dan orang-orang yang telah menempuh jenjang pendidikan yang tinggi di HMI mampu memunculkan rasa partisipasi kader-kadernya dan tidak sepatutnya selaku pembina atupun senior menyalahkan kader-kadernya.
Berikut formulasi yang ditawarkan dari diskusi sebagai standar baku dalam menjalankan konsep pembardayaan yang ada di HMI :
Cabang ----> BPL -----> Komisariat
Kakak Angkat
Dari alur diatas sudah jelas bahwasanya BPL memiliki peran penting dan menjadi formulasi yang sempurna dari berbagai permasalahan proses kaderesasi yang ada pada saat ini. BPL memiliki tugas untuk benar-benar selektif dalam proses penunjukan kakak angkat dan harus memberikan ruang training yang seluasnya-luasnya bagi siapa saja yang mau menjadi kakak angkat. Dan yang jelasnya BPL harus selalu berada pada alur-alur perkaderan yang ideal serta tidak sedikitpun masuk pada ranah politik cabang dan tentunya seluruh pihak harus mendukung dan menerima apapun keputusan baik yang telah dikeluarkan oleh BPL.
Semoga tulisan ini mampu memberikan pemahaman kepada seluruh kader-kader HMI khususnya cabang jambi, bahwasanya BPL memiliki alur-alur yang baku dalam proses kaderisasi HMI maka dari itu partisipasi dalam bentuk menerima seluruh kebijakan BPL merupakan point penting yang harus tertanam pada setiap pengurus cabang maupun komisariat yang ada. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan bahwasanya BPL juga harus dan terus menjalankan fungsinya sebagai badan yang benar-benar bersih, karena tujuan BPL dalam mengelola perkaderan hanya untuk mendapatkan Ridho dari Allah SWT secara pribadi dan mampu mewujudkan 5 kualitas insan cita kepada diri seluruh kader-kader HMI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar